Educa Studio Raih 3 Milyar Dg Membuat Aplikasi Edukasi Utk Google Android

Di era digital seperti sekarang ini, rasanya memberikan anak-anak perangkat seperti tablet atau smartphone telah lazim dilakukan para orang tua. Namun, apakah anak-anak tersebut dapat menyerap elemen edukasi dari teknologi tersebut? Hal inilah yang membawa Andi Taru dan istri untuk mendirikan sebuah usaha pengembangan produk digital yang bisa memberi edukasi kepada anak-anak.
Akhirnya di tahun 2011, Andi Taru mendirikan Educa Studio. namun saat itu produk yang dihasilkan masih berupa aplikasi untuk PC. Kala itu ia hanya bersama dengan dua orang lainnya untuk mengembangkan produk-produk mereka.


Perjalanan panjang menyeimbangkan bisnis

Aplikasi PC untuk edukasi anak yang diciptakan pada 2011 berawal dari tugas kuliah Andi yang pernah dikerjakan di tahun 2008 dengan nama Marbel (Mari Belajar Sambil Bermain). Konsep edukatif ini akhirnya dikembangkan dan berbuah 13 aplikasi Marbel. Semua aplikasi tersebut bisa didapatkan konsumen secara gratis dan mendapat banyak unduhan. Namun Andi mengaku kala itu ia bingung mendapat alur monetisasi.
Akhirnya ia mencoba melakukan survey ke beberapa toko buku terkemuka untuk melihat apakah bisnis layanan edukasi untuk anak dapat masuk ke ritel besar. Sayangnya ia menilai jalur distribusi untuk ritel besar akan memakan biaya besar karena ongkos produksi yang juga tidak sedikit.
Di tahun 2011 OS Android mulai marak di Indonesia. Andi pun mempelajari tentang pengembangan aplikasi di Android dan mengubah aplikasi PC untuk smartphone ini. Ada beberapa hal yang ia lihat kala itu untuk membuat aplikasi, yakni developer Android untuk edukasi anak masih sangat langka, biaya operasional sangat rendah – biaya pendaftaran ke Google hanya USD25 di kala itu, dan aplikasi untuk Android sangat mudah dipelajari.


Di tahun tersebut Educa berhasil membuat 10 aplikasi Marbel dan mendapat monetisasi dari iklan dan Admob Google, meski menurut Andi jumlahnya masih sangat sedikit. Tahun berikutnya, tim Educa Studio mulai gencar untuk mengenalkan aplikasi ke masyarakat luas dengan cara mengikuti berbagai ajang kompetisi. Mereka berhasil menjuarai Increfest 2015 kategori industri kreatif games di Bandung. Ajang INCREFEST merupakan kompetisi yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian untuk menjaring produk-produk unggulan berbasis teknologi kreatif yang berlangsung setiap tahun.


Tahun 2013 Educa juga masih mengenalkan produknya melalui ajang kompetisi. Hebatnya, mereka berhasil menjuarai berbagai kompetisi, yakni Rock Star Dev 2013 yang diadakan Intel dan ajang nasional Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2013 untuk kategori Edugames. Di tahun yang sama timnya juga berhasil menciptakan 100 aplikasi, Andi pun menyebut tahun 2013 sebagai tahun paling produktif bagi Educa Studio.


Dengan perjuangan tersebut, mereka berhasil menjaring lebih banyak unduhan dan monetisasi. Hingga di 2014 tim mulai merambah kategori baru dalam menciptakan aplikasi, yakni Kabi (Kisah Teladan Nabi) dan Riri (Cerita Anak Interaktif). Di tahun ini pula mereka mulai merombak kembali aplikasi lama dengan pembaharuan konten.


Andi bercerita bahwa saat ini baik total pengguna dan alur keuangan untuk usahanya mulai stabil. Ia menyebut bahwa telah berhasil mendapat monetisasi di kisaran Rp1 hingga Rp3 miliar per tahun. Sebelumnya dana untuk operasional didapat dengan berbagai cara, dari mulai menggunakan dana sendiri sampai pinjaman dari bank. Ia juga menambahkan bahwa Educa telah memiliki investasi sebuah kantor yang terletak di Salatiga yang akan segera selesai dibangun.

iddottechinasiadotcom/educa-studio-developer-aplikasi-edukasi-anak-asal-salatiga

3 Milyar pertahun only with Android Apps.....